Minggu, 30 April 2017

salah jurusan boleh, salah kampus jangan



Salah jurusan ya? Banyak mahasiswa yang terjebak dalam paradigma tersebut. Apalagi di semester 4 seperti saya ini, banyak teman saya yang berfikir salah jurusan ketika tugas mulai tak terkendali, hati tak tenang dan perasaan pun gelisah hehe... Ya mau bagaimana lagi, karena terlalu sering mendengar bisikan-bisikan halus temen-temen "Bro kayaknya gue salah jurusan deh" dan dalam hati saya yang tak mampu mengungkapkan rasa hanya berkata "Terus, kalau lo bilang gitu gue akan terharu pilu? Nggak!".
Sebagai mahasiswa yang tak bisa menggambar pun saya hampir saja masuk di jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual). Gini ceritanya waktu saya hampir salah jurusan. Di pagi yang cerah di hari itu, ah apaan seh... Kelamaan. Saya sebagai anak pertama yang tak punya kakak jujur saja bingung sebaiknya masuk universitas mana yang cocok denganku. 
Awalnya meski sempat tergoda untuk masuk ke Universitas negeri pernah menghinggapi pikiran dan ingin kuliah di luar Jawa Tengah. Karena tidak diperkenankan kuliah ke luar kota, tujuan saya pun langsung tertuju ke UNDIP dan UNNES. Harapannya bisa masuk di jurusan Psikologi atau Ilmu Komunikasi. Sedangkan mendaftar di univeritas negeri diharuskan mengambil beberapa opsi jurusan yang tidak semuanya saya sukai. Selain itu, banyaknya yang mendaftar di jurusan tersebut membuat saya tak yakin. Jadi, saya kembali memutar otak dan bertanya kesana kemari demi mendapatkan universitas dan jurusan sesuai passion saya. Sampai pada akhirnya saya mendapat rekomendasi ke UDINUS (Universitas Dian Nuswantoro), yang merupakan kampus berbasis IT terbaik di Jawa Tengah. Pikirku... jurusan multimedia sewaktu SMK menjadi bekal untuk masuk di jurusan TI. Kebetulan kakak kelas SMK saya ada yang masuk di jurusan TI UDINUS. Mulailah interogasi saya yang begitu panjang kali lebar di tambah tinggi.
Kesimpulannya saya tak tertarik masuk di TI karena ada pelajaran yang saya suka, suka pusing kalau menghitung soal angka hehe... Karena belum merasa puas dengan informasi yang saya dapatkan, saya pun datang langsung ke Udinus untuk mencari informasi. Kampusnya hanya berjarak 45 menit perjalanan dengan motor dari rumah. Dapatlah brosur Udinus dan beberapa informasi dari bapak-bapak yang memberi saya brosur. Ya itulah awal dimana saya tertarik dengan jurusan DKV. Kenapa? Karena saya tertarik dengan mata kuliah Fotografinya, yang saya tau di kala itu lebih banyak menggambarnya. 
Saya langsung belajar menggambar dan menghasilkan satu karya yang luar biasa jeleknya. Melihat hasil karya dan memang hati tak bisa dipaksakan karena merasa perlu banyak pertimbangan (takut salah jurusan). Menjelang matrikulasi Allah memberi jalan setelah saya melihat bahwa ternyata ada jurusan ILMU KOMUNIKASI lewat TVKU (Televisi kebanggaan Udinus) eh maksudnya Televisi Kampus Udinus. Kampus yang memiliki televisi satu-satunya di Indonesia, FYI aja nih gaes saya merupakan angkatan tahun kedua dan di brosur yang saya dapatkan belum tertera jurusan Ilmu Komunikasi dan akreditasinya pun belum diumumkan (sekarang B) belum banyak pula yang tau.  Menjelang matrikulasi (2 hari sebelumnya) membuat saya langsung datang ke Udinus untuk berpaling jurusan. Benar saja, Ilmu komunikasi UDINUS "emang gue banget". 

Karena saya menemukan apa yang saya sukai yaitu tentang psikologi, Ilmu sosial dan ada fotografinya juga loh. Semester 4 ini sudah dibagi ke bidang keahlian khusus yaitu broadcast dan komunikasi bisnis. Saya pilih dia... Eh komunikasi bisnis. Sekali lagi pokoknya gue banget. Saya benar-benar merasa tak salah masuk di Ilmu Komunikasi UDINUS. Kampus yang memikirkan mahasiswanya jauh ke depan dengan mata kuliah dan kewirausahaannya dengan di bimbing oleh praktisi-praktisi yang jago di bidangnya, ada dosen dari suara merdeka, radio idola bahkan fotografer hebat, serta dosen ilmu komunikasi sendiri yang kece-kece membuat saya memilih jurusan dan kampus di UDINUS kampus berbasis teknologi dan kewirahusahaan. Semua itu membuatku makin cinta dengan kampus UDINUS.